Saturday, May 3, 2008

BUBUR AYAM VS MINYAK DUNIA

Pagi ini saya bangun agak kesiangan, seperti biasanya sabtu & minggu merupakan hari yang dinantikan dalam sepanjang minggu. Aktivitas pekerjaan yang saya lakukan setiap hari mulai pukul 7.00 pagi sampai rata-rata pukul 20.00 seringkali membuat kelelahan fisik yang luar biasa, dan biasanya recovery akan dilakukan di akhir minggu.

Jam Weker di atas lemari sudah menunjukkan pukul 08 pagi! sambil masih mengucek mata, langsung nongkrong depan komputer dan menju situs berita langganan. Headline yang cukup populer akhir-akhir ini.. "MINYAK DUNIA NAIK LAGI" isinya mudah ditebak bukan? Ya! Minyak dunia sedang merambat naik, pelan namun pasti. Dengan naiknya minyak dunia akan diikuti kenaikan harga-harga komoditas lainnya. 15 belas menit cukup aku habiskan untuk membaca index berita pagi ini.

Photobucket

Seperti kebiasaan, sabtu-minggu pagi waktunya sarapan bubur ayam! Oh ya, OOT dikit Beberapa tahun yang lalu kegiatan yang biasa dilakukan ini muncul sebagai tema lagu yang sempet populer waktu itu "SABU" (Sarapan Bubur). :) Back To The Topic Tukang bubur ayam ini nggak terlalu jauh mangkal dari tempat tinggal saya. Bubur ayamnya cukup enak terlebih lagi topping-nya lumayan banyak (pas lah dengan seleraku). "Bos! bungkus satu, sambel banyak, krupuk banyak juga, sate ati-usus satu" kata saya, tak berapa lama pesenanku segera diracik, paling hanya 5 menit sudah selesai.

Sambil menyerahkan bungkusan bubur ayam pesenanku , Si tukang bubur merenges, "bos, maap nih buburnya naik yaah?", sambil takut-takut kalo saya menolak membayar. "Lah, bensin aja belum naik kok udah naik duluan...?", sahut saya sambil tersenyum. "Iya nih bos, yg naik paling tinggi ini nih" sambil menenjuk kotak stereofoam. "Krupuk juga udah naik kemarin di pasar, kalo saya nggak naikkan saya bisa tekor nih...", sahutnya dalam Bahasa Indonesia yg sangat kental dengan logat banyumasan-nya.

Memang sih, korelasi yang sangat tepat bahan baku stereofoam merupakan minyak, sehingga ya wajarlah naik. Tapi kalau kerupuk?entahlah... korelasinya jauh banget :)

Sejatinya saya tidak mempersoalkan atau menggugat kenaikan bubur ayam sebesar Rp. 1,000.- itu, bagi saya pribadi mungkin uang 'seceng' mungkin tidak terlalu saya risaukan, tapi bagi orang lain? tentu lain cerita. Jika kita mau bicara angka yang seharusnya khawatir dengan kenaikan harga-harga adalah Kaum Miskin. Mari menengok data Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan Maret 2007 sebesar 37,17 juta atau 16,58% dari total seluruh penduduk Indonesia. Nah iniliah mereka yang akan kena dampak terbesar akibat kenaikan harga kebutuhan pokok.

Terus terang saya jadi miris sekali, bagaimana jadinya nasib orang-orang yang terpinggirkan karena nasib & keadaan. Sangat mudah membayangkan nasib orang-orang ini yang semakin terjepit karena kenaikan harga kebutuhan pokok. Saya nggak ngerti politik apalagi itung-itungan statistik yang njlimet, hanya prihatin terhadap sesama saya yang sekarang mungkin sedang tidak makan akibat nggak punya beras untuk dimasak atau tidak ada cadangan minyak tanah untuk menyalakan kompor. Untuk itu pemerintah harus bekerja keras untuk mentabilkan harga & kalau bisa menguranginya agar target mengurangi penduduk miskin di Indonesia tercapai :)

Lah, dari cerita bubur ayam kok malah cerita yang nggak-nggak sih???

No comments: