Wednesday, March 15, 2006

BERCINTA NIR RUANG DAN WAKTU

Cinta, Love, Katresnan, dan apapun namanya adalah sebuah bahasa universal umat manusia. Bicara soal itupun nggak akan pernah akan habis, nggak bosan, dan nggak ada matinya. Mungkin bagi sebagian orang bercinta adalah candu 'the antidote thats make high' (Crossfade), bagi seorang yang lain cinta mungkin bagai pembunuh kejam ataupun penghancur yang sistematis.

Ingatkah kita pada kisah Patkai? Si Panglima perang kerajaan langit yang dikutuk bermuka b*bi, dia mengalami 1000 kali kegagalan cinta yang sangat menyakitkan sebelum akhirnya menemukan cinta sejatinya. Jika melihat kasus terakhir, cinta bisa berarti dua-duanya. Sebuah hal yang memiliki dua makna yang berarti keseimbangan, selain penghancur cinta sekaligus bisa membuat bahagia dan kecanduan.

Sama persis dengan keseimbangan kosmos. Bahwasanya kosmos ini disetting sedemikian rupa untuk seimbang, materi yang terkandung di dalamnya senantiasa berimbang.  Pernah berfikir soal listrik? listrik itu punya dua komponen yang seimbang + dan -, it's always be like that! belum percaya? pernah membayangkan bahwa sesuatu selalu tercipta dengan pasangannya? hitam-putih, bagus-jelek, langit-bumi, utara-selatan, panas-dingin, pahit-manis, dan yang paling hakiki, bahasa komputer, biner, terdiri dari dua angka yang selalu berpasangan yaitu 0 dan 1.

Pada intinya apa yang akan aku tulis di bawah sebenarnya tidak ada hubungannya dengan tulisan di atas :) tapi jujur, aku nggak punya pembuka yang lain, makanya asal tulis saja. Tapi mungkin yang paling masuk akal, kita bisa bicara cinta melalui sudut (angle) atau "point of view" manapun.

Semua cerita yang terjadi di bawah adalah benar, dan sungguh-sungguh terjadi, meski dengan sedikit bumbu-bumbu yang di dramatisir..



VERSE 1

Sudah pukul 22.00 WITA pete-pete yang aku tunggu belum juga muncul.. My jobs are suck! it's like never ending work. semuanya kerjaan seakan nggak pernah henti, bahkan bekerja hingga larutpun nggak menyelesaikan masalah. Puas memaki-maki hari aku melihat sekelilingku.

PhotobucketLapangan Karebosi begitu dinamis, beberapa orang masih bermain bola, beberapa tukang becak masih ngobrol, beberapa diantara mereka lagi main kartu untuk menyambung hidup. Kulihat beberapa perempuan setengah baya dengan dandanan mencolok, tampak bergerombol dan bergosip. Tak jauh dari tempatku berdiri tampak pasangan yang duduk ngobrol menghadap lapangan sambil berpelukan, si perempuan menggelendot manja di pundak laki-laki tiga puluhan tahun itu. 10 Meter di sampingku seorang laki-laki tua bersepeda motor honda astrea grand sedang berusaha mengajak perempuan muda sesuiaku untuk tidur dengan kata-kata 'satu setengah'. "ayolah satu setengah aja", rayu si bapak tua (aku nggak tahu satu setengah itu apa?, tarif satu setengah juta? kok kayaknya nggak mungkin melacur dengan imbalan 1,5 juta. atau waktunya? satu setengah jam? kok sepertinya aku nggak yakin laki-laki itu mampu bermain satu setengah jam, tebakanku dia nggak akan lebih tahan dari 10 menit, kecuali memakai obat mujarab 'Timun + Kratingdaeng'). Masih berfikir... ketika itu pula pete-peteku datang.

Stiker "I" menempel di pojok kiri atas kaca depan mobil, itulah pete-pete yang setiap hari melewati kostku. Hanya ada dua orang di dalam, perempuan dan sopir.. Seperti biasa aku langsung masuk dan memilih posisi yang paling nyaman.. depan pintu sebelah belakang sopir.. dan seperti biasa OST Kantor - Kost in Pete-pete, Radja! mungkin aku nggak perlu beli kaset atau CD untuk bisa ngapalin lagunya Radja, naiklah pete-pete seminggu aja di Makassar di jamin, paling nggak 2 lagu pasti hapal..

Tak berapa lama pete-pete berjalan. Si perempuan di depan mulai ngobrol sama sopir, entah apa yang mereka bicarakan, suara radja dengan speaker 15" pete-pete membuatku nggak mendengar apa-apa kecuali album berjalan Radja.

Beberapa menit kemudian, tangan si perempuan memegang tangan si sopir yang sedang memindahkan presneling. Gila dasar!! busyet!! bukan apa-apa dianggapnya aku patung apa piye? emang aku manusia yang nggak berhati dan bisa ngeliat gitu apa? dasar!... (mungin aku iri juga sama mereka berdua, mungkin hanya alasan ini yang patut aku ajukan dibandingkan alasan aku sama sekali tidak dianggap sebagai manusia). Makin lama makin hot aja gaya si perempuan, si sopir (yang aku kira tak lebih tua dari 20an tahun) cool banget. Aku tahu ia sedang berfikir bagaimana agar tidak menabrakkan mobil ini ke separator di tengah jalan. Mobil ini akan tetap lebih mahal daripada godaan yang menggairahkan itu.. dan itulah laki-laki, selalu seperti itu!

Tangan si cewek mulai mengelus kepala sopir, mencondongkan kepala, dan akhirnya mendaratkan kepalanya di bahu di sopir... dan sepanjang jalan mereka berpegangan tangan dan kepala si perempuan tetap bersandar di bahu sopir. Barulah aku sadar mungkin mereka adalah sepasang kekasih. Lucu juga kupikir, inilah bercinta yang paling efektif yang pernah ku temui.. nyari duit sekalian pacaran.. boleh juga tuh! tak berapa lama, aku tiba di tujuan, dan berakhir pula ceritaku...



VERSE 2

Waduh... capek bener hari ini, kemarin malam pulang jam hampir jam 24.00 nungguin cetak presentasi bos dari jakarta. Malam sebelumnya aku juga pulang jam 22.15, karena harus bikin presentasi bos. walah-walah jadi ODP memang harus serba bisa.. konon katanya ODP kan penerus masa depan.. para pensiunan dan pemegang saham bergantung di pundaknya..

Hari ini aku menghabiskan hari di luar kantor.. di sebuah pabrik semen mungkin 60 km arah utara Makassar. Pulang ke kantor waktu sudah menunjukkan pukul 18.30. sebelum sampai kantor nolong orang sekantor yang tasnya dijambret... 5 juta + 2 HP juga ilang.. kasihan bener deh. Jam 7 masih ada rapat... wah..wah.. it's a damn long day!

PhotobucketSekarang aku sedang berjalan melalui jalanku.. karebosi seperti biasa, banyak penjaja di sini. Penjaja jasa becak, penjaja rokok, penjaja bakso dan makanan ringan, serta penjaja kenikmatan (aku nggak pernah setuju ada orang yang bilang mereka adalah penjaja cinta, yah itulah bahasa indonesia yang nggak pernah bisa tegas!)

Aku sudah naik pete-pete I, sudah sepi padahal baru jam 20.00 itulah Makassar. Jam segitu orang lebih memilih tidur atau bercengkrama dengan keluarga daripada menghabiskan waktu daripada keluyuran nggak jelas seperti itu. Tak lama berjalan dua orang laki-laki masuk ke pete-pete. Seorang berperawakan tinggi kurus, mukanya bersih dan cukup ganteng. Seorang lagi berbadan tegap, berjambang tipis, dan bertato tribal di lengan bawah.

Mereka berdua duduk di sebelah kiri berhadapan dengan ku.. Sebelumnya hanya berfikir biasa. Cuma lama-lama tingkah dua orang ini mulai aneh. Si Ganteng memegang tangan si Macho, dan tanpa sungkan saling meremas tangan. Gila!!! Jengah banget ngeliatnya. Aku nggak pernah komplain sama orang-orang seperti ini. Aku selalu yakin bahwa takdir mereka berkata demikian, mungkin saja mereka tak pernah meminta seperti ini..

Nggak berapa lama mereka ngobrol, dalam bahasa Makassar, udah deh nggak ngerti apa yang dibicarain. Si Macho sekarang mengelus2 paha si ganteng.. dan lucunya si ganteng sekarang posisi pahanya merapat seperti cewek kalau lagi duduk pakai rok span gitu.. waduh makin aneh aja ni orang, Nggak berapa lama, si ganteng mengusap-usapkan tangannya ke pipi si macho berjambang. Lama-lama khawatir juga kalau aku di jadikan objek kekerasan seksual gitu, mana lagi nggak ada penumpang lain lagi yang naik... Damn! it's like a year in that scary scene... akhirnya dengan menahan napas aku berhasil selamat sampai rumah dan menulis kisah ini :)

Hanya sekedar berpendapat... mungkin tak perlu menjadi normal dalam bercinta. Lihatlah kisah sopir dan gay.. mereka bercinta, memadu kasih dalam pete-pete. Kadang bercinta sungguh sangat sederhana, tak perlu kalkulasi yang berat. Ternyata aku baru tersadar bahwa bercinta tak butuh apa-apa selain keinginan untuk saling mengasihi dan keinginan bercinta tentunya. Yup dalam bercinta teori reprositas sangat berperan. Tak akan pernah ada cerita cinta yang bertepuk sebelah tangan... jika iya bukan bercinta namanya bukan?

Dari semua itu... bercinta tak pernah mengenal ruang dan waktu.. bahkan di pete-pete :)

Photography by Reza, Fuji Finepix FX-S5000 UZ & Fujinon EBC Eqv. 37-370mm 1:2.8-5.6

No comments: