Saturday, February 9, 2008

RAMBO IV (2008)

PhotobucketSetelah seharian menjelajah Tunjungan Plaza Surabaya untuk mencari perlengkapan untuk keperluan pre-wedding, kami memutuskan mengisi malam minggu dengan nonton. Nggak terlalu banyak pilihan Film yang ada di Tunjungan 21, kebanyakan saya sudah nonton di DVD bajakan a la Glodok. Setelah bersepakat akhirnya, diputuskan untuk memilih nonton RAMBO IV. Sejak semula, kami memang tak mengharapkan tema serius malam ini :). Jujur saja, saya ingin bernostalgia dengan RAMBO setelah terakhir kali melihatnya tahun 1988/89, dan ternyata Saufa mau dibujuk untuk nonton Rambo. Ditemani segelas Mango Juice dr Starbuck, dan sekantong Popcorn Jumbo maka dimulailah pertunjukan.

Film dimulai dg adegan pemberitaan krisis di Burma. Saat itu Burma berada di bawah pemerintahan Than Shwe, yang sangat menekan gerakan Pro-Demokrasi. Pada adegan awal ini adegan yang sangat menegangkan ketika sekelompok orang yang dianggap sebagai pemberontak dipaksa menyeberang sawah yang sudah ditanami ranjau. Orang-orang ini tak punya pilihan, kalau tidak maju akan ditembak, sementara itu dari sebuah jip terlihat seorang Letnan Kolonel berkaca mata hitam BL yang sedang mengawasi adegan tersebut sambil merokok. (dan Letnan-Kolonel ini menjadi aktor antagonis sepanjang Film).

Film dilanjutkan dengan scene Rambo, yang kalau tidak salah di RAMBO III tinggal di perbatasan Burma. Di sini Rambo beralih profesi, dari seorang tentara menjadi tukang cari ular untuk dijual & menyewakan perahu utk penduduk sekitar. Seorang Misionaris Michael Burnett (Paul Schulze), mendekati Rambo untuk dapat membawa Relawan Kemanusiaan ke Hulu Sungai Salwen, tentu saja dengan perahunya. Semula Rambo menolak, tapi akhirnya mau setelah salah seorang relawan perempuan, Sarah Miller (Julie Benz), meyakinkannya (klise banget nggak seehhh... :) )

Dalam perjalanan menyusuri sungai Salwen, Rambo & Serombongan Relawan tersebut dihadang bajak sungai, yang menginginkan Sarah untuk jadi sandera. Setelah negosiasi yang nggak berlangsung lama tsb gagal, Rambo dengan mudahnya langsung menembak jidat kepala bajak sungai hingga mamp*s. Tindakan rambo tersebut mengejutkan semua orang, dan akhirnya Michael memutuskan untuk tak lagi menggunakan jasa Rambo untuk pulang.

Di kampung yang dituju, Relawan tersebut melakukan tugas kemanusiaan, ada yg membagi obat, mengobati orang yang sakit serta ada pula yang memberikan pelayanan doa dsb. Tak lama usaha tersebut berlangsung, sang Letnan Kolonel berkaca mata datang & membumihanguskan kampung tersebut, hampir semua penduduk tewas, sementara relawan tersebut ditawan.

Setelah 10 hari tidak kembali, seorang Pastur pembina relawan tersebut datang kepada Rambo, menceritakan apa yang terjadi dan memohon membawa pasukan bayaran (mercenaries) yang disewa untuk membebaskan relawan tersebut, ke hulu sungai tempat relawan bertugas.

Mercenaries yang dipimpin oleh Lewis (Graham McTavish), seorang mantan anggota SAS, akhirnya dibawa Rambo menuju ke kampung tujuan relawan. Semula Lewis, yang digambarkan seorang yang sangat mudah tersinggung dan temperamental tidak memandang sebelah mata Rambo, hanya Si School Boys (Matthew Marsden) yang menaruh respect terhadap Rambo. Sesudah sampai kampung di hilir sungai, mereka dihadapkan pada pemandangan yangs angat mengerikan. Seluruh kampung dibantai habis!!! (memang agak kebangetan sih penggambaran betapa sadisnya penguasa di sana...).

Oleh Lewis, Rambo di minta kembali ke hilir, mereka tak butuh bantuan rambo untuk membebaskan sandera, toh sudah ada pemandu orang lokal-nya. Rambo akhirnya kembali ke kampung-nya sendiri (meskipun pada akhirnya nanti Rambo kembali untuk membantu para Mercenaries). Sementara itu Lewis CS melanjutkan perjalanan ke kamp yang dikuasai Letnan Kolonel berkaca mata.

Sesudah itu dimulailah adegan tembak menembak. Seru pokok-nya, banyak sekali yang terlibat mulai dari senapan biasa, hingga kaliber 50mm, granat, ranjau, bazzoka, panah sampai shootgun ada. Kalau anda mengharapkan film yang sopan, anda salah masuk studio! dalam RAMBO IV mungkin 80%-nya menyuguhkan adegan kekerasan yang tidak pantas ditonton anak-anak di bawah usia 13 tahun. Kalau mau nonton pastikan anak-anak didampingi oleh orang tua masing-masing :)

Sama seperti film berjenis ini yang lain, RAMBO IV menyuguhkan happy ending. Sarah akhir-nya berhasil dibebaskan, tentu saja tak semua orang selamat, beberapa orang telah berkorban nyawa sebagai bumbu-bumbu agar terlihat dramatis...

After all, film yang menurut pengamatan saya hanya dapat *** (dari *****), cukup lah sebagai pengisi malam minggu kami, yang penting terhibur, meskipun pasangan saya ngomel-ngomel sepanjang perjalanan pulang, karena filmya penuh kekerasan. :)

No comments: