Friday, March 21, 2008

SUNRISE @ PENANJAKAN-BROMO

Tanggal 20 Maret 2008 kemarin dalam rangka mengambil gambar untuk keperluan prewedding, saya dan rombongan berangkat ke Bromo. Kenapa Bromo? pertama karena memang kami ingin mencari suasana yang 'tak biasa' dan yang kedua sekalian jalan-jalan plus refreshing menghilangkan penat karena pekerjaan.

Kami (Saya, Saufa, Photographer: Mas April & Co Workernya, Mas Ari serta Pak Arifin, Driver) berangkat dari Surabaya sekitar pukul 23.30 WIB. Perjalanan diperkirakan akan memakan waktu kurang lebih 2.5 - 3 jam dari Surabaya. Sesuai dengan petunjuk Papa-nya Saufa, kami berangkat menuju Bromo via Tosari. Alasan dipilihnya jalur ini adalah untuk menghemat pengeluaran serta jauh lebih logic, karena tempat pertama yang dituju adalah Puncak Penanjakan untuk menanti Sun Rise dilanjutkan ke Kawah Bromo. Rute ini mungkin tidak terlalu biasa bagi pelancong pada umumnya (yang lebih menyukai rute Tongas). Keuntungannya, bagi pengguna/pemakai mobil sejenis MPV dapat memakai kendaraannya sendiri tanpa harus menyewa Jip, untuk dapat mengunjungi Penanjakan, Lautan Pasir dan Kawah Bromo).

Perjalanan kami dari Surabaya sangat lancar, Gangguan yang semula kami kira berada di daerah Porong akibat luapan lumpur Lapindo ternyata tidak terjadi. Justru dalam perjalanan ini kami sempat 'nyasar' beberapa kali akibat runtuhnya jembatan disebabkan terjangan banjir beberapa waktu terakhir di daerah Pasuruan. Kami sampai di Puncak penanjakan kurang lebih pukul 03.00 dini hari, saat masih sepi. BTW, Di Puncak Penanjakan terdapat beberapa warung makanan (tersedia kopi atau indomie hangat bagi mereka yang laper). :) Sebenernya kami datang agak terlalu pagi, konsekuensinya kami agak lama menunggu Sunrise datang. Tampak beberapa pengunjung sedang menyalakan api unggun di puncak. Udara sebenarnya tidak terlalu dingin di bulan September - April (Musim Hujan), kata beberapa orang Udara akan sangat dingin ketika saat puncak musim kemarau datang.

Photobucket

Semakin mendekati fajar, semakin banyak orang merangsek naik di sekitar puncak Penanjakan yang saat ini telah dibangun dengan apik (sponsrored by salah satu Bank BUMN). Sekitar pukul 04.45 Matahari menampakkan sinarnya meski malu-malu, tertutup oleh awan. Sebenernya agak kecewa juga, sudah jauh-jauh menempuh perjalanan namun tidak dapat menemukan pemandangan sunrise yang sempurna.

PhotobucketUntuk menikmati datangnya fajar, pihak pengelola telah menyediakan sebuah tempat duduk yang nyaman menghadap tepat ke arah matahari terbit (mirip susunan tempat duduk lapangan bola). Tempat duduk ini cukup menampung ratusan pengunjung. Saking nyamannya, banyak pengunjung enggan meninggalkan tempat ini sampai terang, untuk menikmati hangatnya sentuhan mentari. Namun demikian banyak pula yang berdiri bergelantungan di Pagar pembatas. Meskipun tampak beresiko akan dapat ambruk, apalagi ketika dimuati oleh banyak orang, namun saya amati pagar ini tampak kokoh.

PhotobucketSemakin siang, tampak di depan saya hamparan pemandangan yang begitu indah. Tepat persis di depan saya, Gunung Batok, bersebelahan dengan kawah Gunung Bromo dan jauh dibelakangnya tampak Gunung Semeru dengan kokoh berdiri, sesekali menyemburkan debu vulkaniknya. Damn! It's pretty nice guys!!... Sayangnya pagi ini cuaca 'agak tidak bersahabat', soalnya kabut nggak cepet hilang, sehingga pemandangan ke Kaldera Bromo sempat terhalang kabut. Saya agak khawatir juga kalau, kabut nggak hilang-hilang maka 'take' prewedding akan gagal, atau setidaknya tidak memperoleh hasil yang memuaskan. Namun demikian, saya mendapatkan trade off yang sangat berharga yaitu dengan terciptanya langit yang biru dramatis dan tidak flat.

PhotobucketKetika cahaya semakin terang, saya mengamati bahwa tempat inipun ternyata tidak lepas dari tangan-tangan jahil para pengunjung yang datang. Tampak di beberapa sudut lokasi puncak Penanjakan aksi-aksi vandalisme meninggalkan Artefaknya. Coretan-coretan di dinding tanpa makna bertebaran seolah-olah tidak merasa bersalah atas apa yang mereka tinggalkan. Celoteh-celoteh tak berguna yang menyatakan "bahwa saya pernah di sini", "aku cinta kamu", atau uangkapan lain tampak membuat kotor tempat yang seharusnya nyaman ini. Sadar atau tidak ternyata masih banyak anak bangsa yang tidak menghargai kebaikan. Jika mau jujur sebenernya kondisi ini jamak di mana-mana, pahatan, goresan dan coretan tak bermakna senantiasa ada sampai manusia itu sadar & menghargai hasil karya orang lain. Bicara dari hati saya hanya bisa membayangkan kapan Indonesia lepas dari jeratan orang-orang yang tidak bertanggung jawab macam ini. Sebagai salah satu anak bangsa, malu juga punya sodara-sodara sebangsa yang kaya gini... dooohhh..... :(

PhotobucketAda sedikit hal yang membuat agak tidak nyaman (bagi saya), yaitu bahwa lingkungan sekitar puncak sangat tumbuh subur hutan BTS (Base Transceiver Station) milik beberapa perusahaan telekomunikasi, bukan lagi hutan pohon yang mampu memberikan perlindungan terhadap kerusakan alam. Lagi-lagi, atas nama kemajuan dan atas nama kebutuhan manusia akan telekomunkasi, tempat-tempat seperti ini harus menanggung kerusakan. Bagi saya pribadi, tidak akan apa-apa sejenak meninggalkan sinyal telepon saya untuk menikmati panorama alam ini, toh orang berkumpul di tempat ini untuk refreshing, dan sedang bukan untuk bekerja sehingga harus 'stay connected' dengan dunia luar. Tapi entahlah, apa yang ada dibenak orang-orang ini.... fiuh... :(

Dan setelah puas menikmati pemandangan, proses 'take' prewedding di mulai.... :)

PS : Photograph by Me, use Canon 400D & EF-S Lens 18-55mm 3.5-4.5 with UV Filter

4 comments:

Anonymous said...

Nice capture bro... foto-fotonya bagus :) Salam...

inside-reza.com said...

Thank You Bro...

Anonymous said...

itu bts bukan cuman digunakan di area tsb mas
tp jg setahuku menghubungkan sby dan malang or daerah sekitar :)
memang sih kadang mengganggu pemandangan hehehe

annosmile said...

berkat bts tersbut
posisi pananjakan bisa diketahui dari cemoro lawang