Saturday, April 22, 2006

PADA SEBUAH MASA

Menjejalkan diri dalam bayang-bayang masa mungkin terlalu menarik bagiku.. Mungkin itulah kenapa manusia hidup.. Selalu berkubang dengan masa.. Jum'at 17.30, seharusnya aku masih tenggelam dalam pekerjaanku.. Tidak! kukatakan 'enough' pada diriku.. aku butuh udara segar. Sekarang!!!

Aku mengayun langkah.. Semburat langit sore tak menunjukkan lembayung.
mendung tampak menggayut lelah dalam tua-nya hari ini. Aku duduk, aku diam, aku melihat, aku tertawa, aku meratap.... hampir saja aku menangis jika saja aku tidak ingat bahwa aku adalah laki-laki

Sebutir hujan mulai menyadarkanku dari lamunan. Sebuah kendaraan umum berhenti sepuluh meter di depanku.. erangan klaksonnya ramah menyapaku.. entahlah, aku naik saja.. aku tak perduli kemana ia membawaku.. sungguh aku tak peduli..
perlahan raungan mesin 1000cc mulai mengeras... dan tertatih ia melaju.

Dalam ruang pengap berkabut asap sigaret aku menghela nafas.. Aku tak mengutuk sang kapten yang sedang orgasme berkelanjutan dengan sebatang rokoknya. Aku juga tak memaki raungan mesin mesin kelelahan itu. Aku bahkan tak berani menyumpahi hujan deras yang telah memuntahkan segala kemarahannya...

Tiba-tiba aku merasa nyaman dalam ruang kabin berasap itu... Aku merasa damai dengan harum cengkeh bersetubuh dengan tembakau yang terbakar itu. Aku mulai merasa hangat dengan riang mesin itu berputar. Dan aku mulai menikmati derasnya hujan di balik jendela mobil ini.


Seorang perempuan muda duduk tak nyaman di depanku... setiap menit ia melihat layar telpon genggamnya. Seorang bapak tua di sebelahku tertidur pulas.. mungkin ia lelah dan menyerah pada hari ini. Hanya ada tiga orang penumpang dan seorang kapten dalam kabin pengap penuh asap.. Empat orang yang punya masalah sendiri..

Tiga buah lagu yang berturut-turut diputar sang kapten membuatku tersentak, menghempaskanku dalam ingatan tentangnya. Tiba-tiba saja aku seperti merasakan sedotan ruang dan waktu.. menghisapku tanpa memberiku kesempatan untuk mohon dilepaskan.

Aku merasa berada pada usia yang jauh lebih muda.. kenangan itu membawaku ke tujuh tahun yang lalu..
1999, awal dari sebuah akhir...

Kalau saja aku bisa memilih, aku tak mau berada dalam kabin pengap dan berasap ini
Aku membayangkan aku bisa menendang head unit mobil ini, menhancurkan dengan sekuat tenaga.. agar tak perlu berbunyi.
Entahlah... masih saja bermasturbasi dengan lamunanku.. aku berkhayal.. sampai sebuah saat dimana aku hampir klimaks..

Damn! sudah... cukup! aku tak akan membiarkan diriku menyentuh puncak.. e.n.o.u.g.h.!!! Masih mengehala nafas... aku mulai membiarkan ibu jariku menari diatas 12 tombol teleponku.. tuut... tuuut... tuut... belum sampai pada bunyi ke empat, tombol merah aku tekan... damn! what I'm doin..??!! Sejurus kemudian, van hallen-ku berbunyi... +62811****** dan sebaris nama muncul..

Isaac Newton mungkin benar, setiap aksi selalu memicu reaksi dan itu yang kulakukan sekarang...

Aku hanyalah menyalakan pemantik yang akan membakar sumbu bom..
hanya berharap benda penghancur ini akan menghancurkan apa yang seharusnya hancur..
pengap, berisik, dan hujan dalam kabin... dengan keberanian kuangkat telpon itu...

No comments: