Sunday, April 27, 2008

OUR PREWEDDING @ SEPUTAR INDONESIA

Hari ini, pas gue lagi Hunting di Seputaran Thamrin & Sudirman menepati Jakarta Free Car Day bareng anak2 KASKUS, gue dapat Misscall dari Mas April fotografer yang kemarin motret prewedding gue di Bromo. Tau ada Misscall, gue telpon balik ternyata dia ngabarin kalo portofolio dia yaitu foto prewedding gue diambil buat cover features LIFESTYLE di KORAN SINDO Edisi Minggu, 27 April 2008 Gue kaget & ga percaya juga neh, belum kawin eeh preweddingnya udah beredar ke seluruh Indonesia. Sepulang dari hunting gue beli satu eksemplar yg di bilang Mas April. Alamaaakk.... di taruh didepan coy....

Photobucket


Photobucket

Berita LIFESTYLE di KORAN SINDO hari ini yang dimaksud :

ABADIKAN GENGSI
Minggu, 27/04/2008

PRE-WEDDING tidak hanya sekadar foto.Selain kenangan,di baliknya,tersimpan ambisi dan gengsi.Tidak heran jika saat ini banyak orang nekat berpetualang mencari lokasi pre-weddingdemi mengabadikan gengsi.

Sejak dulu foto pre-wedding sudah jadi bagian penting untuk sebuah pesta pernikahan. Sejatinya,foto-foto ini hanya sekadar ornamen untuk mengisi kekosongan ruangan resepsi pernikahan. Seiring berjalannya waktu, fungsi ini justru berubah jadi gengsi pasangan pengantin. Hal ini terjadi karena banyak masyarakat mengapresiasi tinggi foto-foto yang mempunyai kualitas dan gaya khusus.

Baik itu pemilihan lokasi yang menarik, teknik pemotretan, hingga tema foto yang unik. Demi apresiasi dan gengsi, tidak heran jika saat ini banyak orang nekat berpetualang mencari lokasi pre-wedding. Jika tidak ada di dalam negeri,ke luar negeri pun mereka sambangi. Untuk biaya?

Uang jutaan rupiah tidak jadi masalah.Yang penting gengsi mereka bertambah karena foto-foto tersebut. Angga Pratama, contohnya, karyawan salah satu bank swasta di Jakarta ini rela mengeluarkan kocek Rp15 juta untuk seluruh rangkaian dokumentasi pernikahannya mulai pre-wedding hingga resepsi. Walau masih dibantu keluarga dalam pendanaan dokumentasi, Angga dan pasangannya menganggap bahwa pernikahan ini hanya terjadi sekali.

Saat resepsi pernikahan, foto-foto prewedding dipajang menghiasi tembok.Tamu undangan yang datang pun banyak mengeluarkan komentar senada, bagus dan eksotis! Mendengar pujian ini, Angga dan istri pun tersenyum bahagia.Keinginan mereka agar foto-foto tersebut diapresiasi positif terwujud sudah. Plus, gengsi mereka pun bertambah.

”Undangan banyak yang mengira bahwa lokasinya berada di luar kota atau luar negeri. Padahal kan cuma di Pantai Indah Kapuk, Katedral, dan Taman Prasasti,” jawabnya. Lain lagi dengan Risda Novlara,mahasiswi Magister Manajemen Trisakti ini mengeluarkan kocek Rp5 juta untuk pre-wedding. Meski terbilang cukup murah, Risda dan pasangan telah mendapatkan apa yang dia butuhkan.

Mulai album, frame foto dan dua lokasi (indoor dan outdoor) untuk pemotretannya. Tak harus jauh-jauh berburu lokasi,Risda yang menikah Agustus 2008 nanti hanya melakukan pemotretan di kawasan Puncak, kawasan Kun i n g a n , kawasan Jalan Sudirman Jakarta serta di Picco Studio.Tapi, agar terlihat berbeda, Risda harus menepis malu saat dilihat orang lalu lalang di kawasan pusat bisnis Ibu Kota tersebut.

”Pemotretan di jalan raya (Sudirman) benar-benar melelahkan, cuaca panas dan polusi harus diterjang meski dengan busana pengantin,”kenangnya. Begitu juga dengan Marino Verdi. Pasangan yang telah menikah 27 Januari kemarin langsung memajang foto pre-wedding ke dalam Friendster, situs pertemanan di dunia maya.

Marino yang melakukan pre-wedding di Pulau Bidadari dan Pulau Kelor kawasan Pulau Seribu malah mendapatkan komentar lucu dari teman maupun pengunjung situs tersebut.

”Kok, mukamu di foto lebih catchy ya daripada aslinya dan lebih naturalis,” tiru Marino seperti di Friendster yang enggan menyebut harga pasti dari pre-wedding-nya. Walau harus berpanas-panas dan bercapek ria mulai Ancol hingga lokasi pemotretan, Marino dan pasangan dengan didampingi Dipta sebagai fotografer prewedding- nya malah merasakan kesenangan luar biasa.Mulai make up luntur,capek berjalan, kepanasan di sekitar pantai hingga kesemutan.Apalagi harus bergonta-ganti pakaian.(didik purwanto)


HARUS SIAP MENDERITA
Minggu, 27/04/2008

TIDAKcukup di atas daratan, dalam air pun akan dicoba. Agar berbeda dengan yang lain, calon pengantin memang mencoba segala cara, termasuk berfoto di dalam air.

Meski harus menyelam di dalam air selama berjam-jam dan menyebabkan mata pedih, masih banyak yang menyukai foto gaya ini. Hal ini diakui M Hartono dari Picco Studio. Kesiapan calon pengantin menjalani gaya ini memang lebih penting ketimbang teknik memfoto.

Soalnya, calon pengantinlah yang harus siap menderita. “Soalnya mereka harus berada di dalam air dalam waktu yang lama. Bagi mereka, itu sangat menguras tenaga,” katanya. Untuk teknik pemotretan, Hartono mengatakan, pemotretan di kolam bukan masalah serius.

Calon pasangan yang suka dengan pemandangan bawah air akan disiapkan alat khusus untuk pemotretan. Walau hanya terbatas pada momen sekian detik, fotografer harus mampu mengabadikan momen tersebut. Pada studio tertentu, ada dua fotografer yang mengambil gambar calon pasangan. Hal ini dipakai untuk memperoleh foto dengan sudut pandang berbeda.

Jika satu sisi tidak terangkat oleh satu fotografer, fotografer lainnya akan berusaha menangkap momen yang tertinggal tersebut. Bagi Hartono, keterampilan fotografer menangkap momen memang merupakan keahlian tersendiri. Bukan hanya sekadar memencet shutter dan fokus pada objek, tetapi fotografer harus mampu menangkap emosi yang sanggup mewakili jiwa sang calon mempelai.

Meski sang calon pengantin bukan model atau artis yang sanggup memadu gaya dengan leluasa, fotografer harus mampu membuatnya tampil semenarik mungkin. Entah diajak ngobrol, rileks menghadapi fotografer, hingga memerankan seseorang.

”Anggap fotografer itu sebagai teman kita, bukan seseorang yang mau menembak kita,” kata Hartono. Pria yang mengaku hobi fotografi semenjak kecil ini mengaku fotografer harus memahami dua kondisi saat pemotretan, baik itu liputan ataupun candid. Begitupun dengan lokasi.

Tempat sebagai bagian latar belakang objek saat pemotretan bukanlah hal utama untuk mendapatkan gambar terindah. Fotografer harus dituntut untuk bisa mengambil momen di mana pun. ”Di mana saja favorit saya, baik pinggiran trotoar ataupun puncak gunung tidak jadi masalah. Justru calon pengantinnya yang dituntut berani tampil di muka umum,” tambah alumnus Darwis Triadi dan Canon Shool ini. (didik purwanto)


PETUALANGAN TERINDAH SEBELUM MENIKAH
Minggu, 27/04/2008

ImageSALAH satu bagian terindah dalam kehidupan manusia adalah menikah.Namun, untuk mendapatkan kenangan terindah sekali seumur hidup itu bukan perkara mudah.

UNTUK mengabadikan momen-momen spesial itu, banyak pasangan pengantin mengeluarkan uang jutaan rupiah. Termasuk untuk sesi foto pre-wedding. Berbeda dengan foto pernikahan, pre-wedding justru membutuhkanusahayangkeras.

Berbagai prosedur, seperti hunting lokasi, berurusan dengan pihak yang berwenang hingga beraksi di depan kamera harus dilakukan guna mendapatkan foto yang maksimal. Tapi, di situlah letak keasyikannya. Menjalani prewedding layaknya berpetualang. Mereka harus berjuang keras guna mencari lokasi yang sesuai keinginan.

Demi tujuan tersebut, sudutsudut kota,gunung,hingga ke pantai harus dijalani. Jika tidak cukup, ke luar negeri pasti dijalani. Angga Pratama, contohnya, project coordinator bank swasta di Jakarta ini, semula tidak mau menggunakan jasa pre-wedding untuk pernikahannya.

Pria yang telah menikah 3 November 2007 ini baru tergoda mencoba setelah melihat-lihat berbagai foto pre-wedding yang ada di internet. Dari situ, ia merasa pre-wedding tidak boleh dilewatkan begitu saja. Akhirnya, Anggi pun mulai mencari-cari jasa prewedding dan membandingkan kualitas sekaligus harga yang ditawarkan.

”Kebetulan saya dan istri ingin bebas berekspresi dan suka hal yang gokil,” ujar Angga yang menjatuhkan pilihan jasa pre-weddingke Picco studio. Setelah menjatuhkan pilihan pada Picco studio,mereka langsung sibuk hunting lokasi.

Setelah pilih-pilih tempat, akhirnya mereka memutuskan beraksi di beberapa lokasi di seputaran Jakarta yakniMuseum TamanPrasasti Tanah Abang, Katedral maupun Pantai Indah Kapuk. Ketika beraksi,Anggi dan pasangannya justru terlihat sangat ekspresif. Mereka tidak berpikir dua kali, saat disuruh fotografer untuk berlari- lari membawa layanglayang di padang ilalang. ”Kami padukan antara yang gokil dan resmi.Kadang pose malah bagus saat candid, ternyata lucu juga kami difoto,”kenangnya.

Ambisi dan Gengsi

Foto-foto pre-wedding punya hubungan yang erat dengan ambisi dan gengsi. Banyak calon pengantin mempunyai ide-ide yang imajinatif dan luar biasa buat foto prewedding. Sebab, jika hasilnya sesuai keinginan, diyakini foto-foto tersebut bisa menaikkan gengsi calon pengantin. Contohnya,Ricky Apriyanto, Manajer PT Ratu Setalu Indah ini semula hanya mengenal fotografer jasa prewedding dari teman.Kepada temannya,Ricky mengatakan punya keinginan untuk membuat foto pre-wedding yang bisa seperti rangkaian film.

Setelah berkonsultasi, Ricky akhirnya meminta bantuan jasa pre-wedding dari Creamfotokraft, guna mewujudkan keinginan tersebut. Hasilnya, semua keinginan Ricky terkabulkan.

”Foto tersebut dicetak seukuran A1 dalam 12 frame dengan konsep black& white (B/W), sephia, dan full colour. Saat acara nikah, frame tersebut terpampang di lokasi acara sehingga bisa menggambarkan proses bertemu hingga menjelang pernikahan,” ujar Ricky. Pentingnya gengsi memang sangat terasa.Buktinya, bagi Abi Januar Putra, fotofoto tersebut tidak akan cukup ia pajang di gedung tempat ia menikah.

Pria asal Medan yang bekerja di Banda Aceh ini sangat bangga memajang sebagian foto preweddingdi blogpribadinya. Jadi, tidak hanya temantemannya saja yang bisa menikmati foto-foto yang mengambil lokasi di danau buatan kawasan Universitas Sumatera Utara hingga Pantai Lhok Nga di Aceh itu. Orang lain pun bisa.

”Pernah kami diperingatkan oleh warga di sekitar pantai agar jangan berduaan di waktu sore. Nanti bisa digerebek oleh polisi syariat,” kata Abi yang melakukan pemotretan sebelum nikah dengan Vidya Rimasari melalui jasa fotografer freelance Budi Perwira.Maklum saja,di Aceh memang diberlakukan syariat tidak boleh berduaan jika bukan pasangan suami istri.

Yang gila lagi, Risda Novlara, mahasiswi Magister Manajemen Trisakti ini malah sengaja keluar dari kerja untuk menyiapkan pernikahannya Agustus nanti.Sebelum memilih Picco studio sebagai jasapre-wedding,Risdasempat membandingkan empat jasa pre-weddingdi tempat lain. ”Saya lebih memilih bujet minimal tapi keuntungan maksimal,”ujar Risda. (didik purwanto)


EKSLUSIVITAS LOKASI JADI GARANSI
Minggu, 27/04/2008

SEMUAorang akan merasa malu jika bertemu dengan orang yang mengenakan baju yang sama.Begitu juga dengan pemilihan lokasi pre-wedding.

Banyak orang berburu lokasi sekeras mungkin demi mendapatkan lokasi yang berbeda. Sekali pun akhirnya memilih lokasi yang umum digunakan, pemilihan tema jadi jurus andalan. Pentingnya ekslusivitas lokasi memang disadari betul oleh para fotografer pre-wedding.

Tidak heran, saat ini banyak calon pengantin melihat profesional atau tidaknya fotografer pre-wedding,terletak pada kemampuan mereka memberikan garansi pemilihan lokasi yang sangat eksklusif. Creamfotokraft, contohnya, memiliki konsep berbeda dengan tempat lain karena memilih lokasi yang jarang dipakai fotografer lain.

Beberapa lokasi favorit mereka adalah pinggiran gerai atau toko di sepanjang Jalan Fatmawati hingga ke Panglima Polim, atap rumah hingga kehidupan masyarakat tradisional. Lain dengan Picco Studio. Dengan harga yang ditawarkan berkisar antara Rp5 juta–Rp29 juta, calon pengantin bisa memilih paketpaket yang disediakan mulai paket lima juta, Rp10 juta, Rp15 juta atau paket komplet.

Semua paket menawarkan lokasi yang berbeda. Meski demikian, lokasi yang ditawarkan memang cukup fleksibel tergantung calon pasangan. Pernah ada pasangan yang meminta di hanggar pesawat pribadinya di daerah Sukabumi, Jawa Barat.Atau bahkan ada yang meminta di dalam kolam (under water).

”Demi eksklusivitas, kita memakai dua fotografer untuk satu pasangan. Jadi mereka dapat mengambil moment terindah dan terbaik dari dua sisi yang berbeda,” tegas Evlyn Wasiso, Manajer Marketing Picco studio yang menekankan kualitas hasil foto fotografer daripada teknik olah gambar memakai efek tertentu di komputer.

Bukan Andalan Utama

Jasa pre-wedding sebenarnya bukan dijadikan sebagai andalan utama yang menopang usaha fotografi. Biasanya jasa fotografi lebih membidik event kegiatan,produk, poster iklan,company profile, fashion catalog,bahkan pemotretan foto model. Hal ini diakui oleh Andre Kusuma,Creative StyleCreamfotokraft. Jasa fotografi di Cipete, Jakarta Selatan, ini kadanghanya melayaniduahingga tiga pasangan per bulan.

”Jasa pre-wedding merupakan usaha liburan kita-kita (fotografer, stylist, make up artis dan wardrobe).Apalagi kalau sampai ke luar kota bahkan sampai luar negeri,” ujar Andre yang telah membuat paket jasa pre-wedding ke China dan Australia. Meski mematok jasa prewedding sekitar Rp27 juta –Rp30 juta, kebanyakan pelanggan merasa puas atas kinerja tim fotografi tersebut.

Harga ini memang standar karena sudah meliputi paket komplet seperti layanan konsultasi pembahasan konsep, garansi lokasi yang belum dijamah oleh fotografi lain, make up,fashion stylisthingga album dan wedding book-nya. Lain lagi dengan Sueswit Nawa Aprilianto asal Surabaya. Fotografer freelance ini malah autodidak belajar fotografi.

Meski hanya berpromosi melalui internet, calon pelanggan ini malah mendapatkan klien justru dari orang asing yang menikah dengan orang lokal. ”Saya membatasi maksimal hanya delapan klien per bulan.Saya harus teliti dalam mengerjakan pascapemotretan daripada mengejar orderan,” terang Sueswit,lulusan S1 Psikologi Universitas 17 Agustus Surabaya yang mengerjakan semuanya sendiri.

Mematok harga Rp1.750.000 –Rp4.500.000, calon pengantin sudah dapat menikmati keindahan wisata di Jawa Timur. Mulai Bromo, Balekambang, Malang, hingga lokasi penting di Surabaya. Fatty, owner Difiapro Bandung justru membidik warga kota Bandung atau warga metro Jakarta yang ingin mengabadikan pre-wedding di kota Paris Van Java tersebut. Sejumlah lokasi favorit seperti Sapu Lidi,Ciwidey,atau Tangkuban Perahu sudah menjadi langganan bagi calon pasangan. (didik purwanto)



Phograph by Reza Rachmadiananto with Canon EOS 400D, Canon EF 28-105mm F:1.3,5-4,5

3 comments:

Anonymous said...

congrats bro,.....

udah dikoleksi sindonya?

ditungguin ulem2nya nggih.

inside-reza.com said...

Thank you mas...

Wingi wis tuku telu eksemplar...

Tulungagung 2, Mojokerto 1, Suroboyo mbuh piro...

Pokoke geger lah...

:p

bekerja said...

wah dipigura dongs....

sayang kok situ cuman kena 1/2 wajah tok.... hihihi